16 Staf PBB di Tahan Karena Diduga Mendukung Pemberontakan di Ethiopia
Jakarta - Sebanyak 16 orang staf PBB ditahan di Kota Addis Ababa, Ethiopia. Mereka
ditahan terkait tudingan mendukung pemberontakan pasukan Tigrayan
kepada pemerintah pusat.
Pemerintah Ethiopia saat ini sedang gencar melakukan penangkapan terhadap orang-orang beretnis Tigrayan. Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengkonfirmasi kabari ini. Ia mengatakan, akan segera melakukan pembebasan stafnya tersebut.
"Kami, tentu saja, secara aktif bekerja sama dengan pemerintah Ethiopia
untuk memastikan pembebasan mereka segera,"kata Stephane dikutip dari
Reuters, Rabu (10/11).
Namun, Stephane menolak berkomentar ketika ditanya soal etnis dari para staf PBB yang ditahan tersebut.
"Ini adalah anggota staf PBB, mereka orang Etiopia dan kami ingin mereka dibebaskan, etnis apa pun yang tercantum di kartu identitas merekam,"ucap dia.
Sementara juru bicara Kepolisian Addis Ababa, Fasika Fanta, mengatakan
bahwa tidak ada informasi terkait penangkapan staf PBB. Menurutnya, 16
orang yang ditahan merupakan warga Ethiopia.
"Mereka yang ditahan adalah warga Ethiopia yang melanggar hukum,"kata Fasika. Sedangkan Kepala Komnas Pork Ethiopia, Daniel Bekele, mengaku telah
menerima banyak laporan terkait penangkapan etnis Tigrayan di Ibu Kota
Ethiopia. Penangkapan juga terjadi pada lansia, wanita dan anak-anak.
Sebelumnya, Konflik di Ethiopia dalam beberapa pekan terakhir kembali
memanas setelah Front Pembela Rakyat Tigray (TPLF) didorong ke selatan.
Bahkan pasukan Tigrayan mengancam akan memenuhi ibu kota.
Pemerintah Ethiopia bahkan mengumumkan keadaan darurat pada 2 November. Hal tersebut memungkinkan pemerintah melakukan penangkapan pada siapa word play here yang dicurigai bekerja sama dengan TPLF yang telah dianggap sebagai kelompok teroris tanpa melalui proses peradilan.
Akibat konflik tersebut, pemerintah Inggris menyarankan warganya untuk
meninggalkan Ethiopia selama penerbangan komersil masih tersedia.
Sama seperti Inggris, Pemerintah Amerika Serikat dan Zambia juga
menyarankan penduduknya untuk meninggalkan Ethiopia sesegera mungkin.
Komentar
Posting Komentar